Kemenyan bukan sekadar getah pohon yang menghasilkan aroma wangi. Bagi masyarakat Batak, kemenyan memiliki makna spiritual yang dalam. Asapnya dianggap sebagai media penghubung antara manusia dan Sang Pencipta.
Pohon kemenyan, atau Styrax sumatrana dan Styrax benzoin, tumbuh alami di dataran tinggi Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan, dua wilayah yang dikelilingi hutan tropis dengan udara sejuk dan tanah subur. Kondisi geografis ini menjadikan kedua daerah tersebut sebagai pusat produksi kemenyan terbaik di Indonesia, bahkan dunia.
Budidaya dan penyadapan kemenyan di Tanah Batak telah berlangsung selama ratusan tahun. Prosesnya dilakukan dengan cara tradisional yang diwariskan turun-temurun.
Sebelum menyadap pohon, petani biasanya melakukan doa singkat untuk memohon izin pada alam. Penyadapan dilakukan dengan pisau khusus untuk melukai kulit batang tanpa merusak pohonnya. Getah putih yang keluar kemudian dibiarkan mengering dan berubah warna menjadi cokelat keemasan.
Tradisi ini tidak hanya menunjukkan rasa hormat pada alam, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Batak yang menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan.
Hingga saat ini, lebih dari 70 persen kemenyan yang diekspor dari Indonesia berasal dari Sumatera Utara, terutama dari Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.
Pada tahun 2024, kedua wilayah tersebut memproduksi puluhan ribu ton getah kemenyan yang dikirim ke berbagai negara seperti India, Tiongkok, Vietnam, dan Prancis.
Kemenyan Tapanuli juga telah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM. Sertifikasi ini memastikan bahwa kemenyan yang berasal dari kawasan tersebut memiliki kualitas dan karakter aroma yang tidak dapat ditemukan di daerah lain.
Keberhasilan mendapatkan IG membuka peluang besar untuk pengembangan produk turunan seperti minyak atsiri, dupa aromaterapi, hingga parfum alami.
Bagi masyarakat di pegunungan Tapanuli dan Humbang Hasundutan, kemenyan adalah sumber kehidupan. Ribuan kepala keluarga menggantungkan penghasilan dari penyadapan, pengeringan, dan penjualan getah.
Harga kemenyan kering di tingkat petani berkisar antara 70 hingga 120 ribu rupiah per kilogram, tergantung kualitas dan kadar aromanya. Dalam satu musim panen, seorang petani bisa memperoleh penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama berbulan-bulan.
Selain itu, banyak kelompok tani dan koperasi lokal mulai membangun sistem perdagangan yang lebih adil, memotong rantai distribusi agar petani mendapat harga yang lebih baik. Upaya ini turut meningkatkan taraf hidup masyarakat di wilayah penghasil utama kemenyan.
Di balik potensi besar, ada tantangan yang perlu diwaspadai. Perubahan iklim dan pembukaan lahan hutan untuk pertanian lain mulai mengancam populasi pohon kemenyan.
Jika tidak dikelola dengan bijak, produksi bisa menurun drastis dalam beberapa tahun ke depan. Karena itu, banyak lembaga lokal kini mendorong budidaya berkelanjutan dan program regenerasi petani muda.
Generasi baru petani kemenyan mulai dilatih menggunakan metode penyadapan yang lebih efisien, sambil menjaga kelestarian pohon. Program replanting juga dilakukan agar hutan tetap produktif dan ekosistemnya terjaga.
Dengan meningkatnya permintaan global terhadap bahan alami, peluang bisnis kemenyan kini terbuka lebar. Daerah seperti Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan memiliki posisi strategis untuk mengembangkan industri hilir berbasis kemenyan, seperti:
Penyulingan minyak atsiri
Produksi lilin dan dupa aromaterapi
Parfum dan sabun alami
Produk wellness berbahan resin kemenyan
Beberapa pengusaha lokal mulai menggandeng komunitas petani untuk menciptakan produk bernilai tinggi dengan branding “Kemenyan Tapanuli”. Selain meningkatkan pendapatan, langkah ini juga memperkenalkan warisan lokal ke pasar internasional.
Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan bukan hanya pusat produksi kemenyan Indonesia, tetapi juga penjaga tradisi dan pelestari alam. Di tengah perubahan zaman, kemenyan tetap menjadi simbol harmoni antara manusia dan hutan.
Dengan pengelolaan berkelanjutan dan pengembangan industri turunan, komoditas ini dapat menjadi motor ekonomi baru bagi masyarakat lokal sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
Kemenyan Tapanuli, aroma khas dari pegunungan Sumatera yang mendunia.